Welcome back to my personal blog about fistula.
Baru sempat update blog ini.
So here we go, a brief story about my fistulaventure (fistula adventure), the title is inspired by foodventure, a new eating place in Tunjungan plaza 6.
Setelah operasi bulan Maret 2017 di tulisan blog saya yang lalu, abses muncul lagi di bulan Juni, tepatnya
5 Juni 2017.
Awalnya semua (papa, danny, dokter yang mengoperasi) mengira itu hanya otot saja, otot yang tegang, otot yang pemulihan karena filac.
Saya kembali ke dokter yang mengoperasi filac saya Dr. Siusanto Hadi, Spb-kbd di Siloam Surabaya.
Saya menanyakan bahwa dokternya pernah bilang bahwa operasi FILAC kemungkinan kambuhnya lebih kecil dan penyembuhannya lebih cepat.
Penyembuhan lebih cepat memang benar, seminggu setelah operasi saya sudah bisa duduk dan bahkan masuk kerja. Dan belum genap sebulan, bekas lukanya menutup rapat mulus.....
Tetapi setelah 3 bulan sudah kambuh lagi.
Dokter mengembalikan saya yang dulunya terlambat penanganan dan menunda- nunda operasi sampai beberapa waktu.
Saya kembali ke Dr. Siusanto dan diberi obat Levofloxacin dan salep Gentamicin seperti sebelum-sebelumnya. Dan alhasil, kembali lagi seperti semula, abses berupa bisul besar bersisi nanah yang sangat sakit dan membuat tidak bisa tidur, duduk, dll terulang.
Bisul tersebut meletus lah dan keluar nanah lagi. Saya pakai "telor kodok" lagi untuk membersihkan nanah yang tersisa, sempat meletus beberapa kali dan megeluarkan sejumlah nanah dengan sakit yang luar biasa. Dokternya berpesan bahwa setelah meletus saya diharuskan datang ke dia.
Lubang operasi yang meletus dibersihkan dengan Nacl dan disedot nanahnya yang masih bercampur darah dan di test kan laboratorium. Hasil menyatakan nihil, tidak ada pertumbuhan bakteri.
Dan siapa yang tak sujud syukur bahagia mendengarnya :D
Tapi wait.... fistula tak semudah itu membuatmu hidup tenang.
Pada 14 Agustus 2017 , saya merasa pantat saya besar sebelah, beda dengan gejala yang sebelumnya yang benjol bengkak di permukaan keras dan sakit seperti bisul. Kali ini saya merasakan bentuk panat yang berbeda satu dengan lainnya.Saya mencoba berpindah dokter dan menggunakan dokter fasilitas BPJS. Tetap di rumah sakit yang sama, karena history saya sudah dari awal disana, dan ya.. sudah nyaman saja mungkin.
Saya di usg dan disitu menyatakan :
Sejak saat itu saya merasa pantat saya besar sebelah.
Cukup speechless dan lelah membaca hasilnya.
Pada 7 September 2017, saya kontrol lagi ke dokter dengan keluhan yang sama , nyeri dan pantat terasa besar sebelah. Kali ini saya memakai Dokter Bedah Digestive BPJS Siloam Hospital : Dr. Denny Septarendra.Spb-kbd. Dr. Denny memeriksa bagian luar hasil operasi filac yang pernah robek dan meletus bulan Juni lalu, mulus dan bagus. Dia tidak mengindikasi adanya infeksi atau radang sama sekali pada bekas operasi. Tetapi sekali lagi hasil test berkata lain....
Saya diberi rujukan MRI kontrast. dan di MRI kali ini saya diharuskan test ginjal, jadi saya ambil darah untuk test ginjal. Tetapi sewaktu di ruangan MRI, orangnya bilang contrast dilakukan hanya jika dibutuhkan. Dan saya ternyata tidak di kontrast sama sekali. Hufhh.. terlanjur diambil darah segala.
Dr. Denny berkata bahwa ada fistula yang tersisa didalam pantat kanan, dan positif Residiv alias kambuh.
E: Apa bisa dioperasi dok fistula yang tersisa? Saya tidak nyaman duduk dan beraktivitas.
Dr: Nggk bisa mbak, ini letaknya didalam.. Dan mbknya operasi belum lama. Kalau saya operasi ini seperti "mbabat alas" , karena permukaannya tidak terbuka.
E: Tapi saya ingin selesaikan fistula ini dok, bagaimana?
Dr: Kalau mau operasi, saya mau mau saja mbk, wong saya dokter bedah. Tapi resikonya harus dipertimbangkan
E: Apa dok resikonya?
Dr: - Jarak operasinya mbk terlalu dekat, kalau saya operasi lagi itu malah bongkar semua jaringan yang baru pulih.
- Saya operasi metode di growak seperti ini mbk (dia mennunjukan foto2 hasil operasi di hpnya), jadi metodenya tidak dijahit dibiarkan tumbuh sendiri jaringan yang baru sampai kulitnya menutup alami. Selama jaringan digrowak, harus dirawat luka dengan betadine dan kasa sebelum dan setelah bab harus ditutup kembali sampai jaringan menutup sempurna
- Operasi tidak menjamin tidak kambuh. Karena Fistula memang tingkat kambuhnya tinggi.
E: Baik dok.. saya pertimbangkan dahulu..
NB: tulisan diatas Danny yang menemukan dari hasil foto MRI.
Setelah itu , sayapun pergi berkonsultasi dengan Prof. Abdus Sjukur. Spb-kbd, yang di group Fistula Nusantara bisa rawat luka fistula tanpa operasi. Yap, beliau tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari Dr. Denny, dan saya baru tau juga.
Di Prof Abdus Sjukur, diberikan beberapa edukasi Perubahan Gaya Hidup, Pantangan Makan, dan cara Wound Care jika kambuh. Tetapi dengan biaya yang cukup mahal.
Jika biasanya di Dr. Siusanto Rp. 245.000 / konsultasi.
di Prof. Abdus Sjukur Rp. 295.000/ konsultasi.
Beda 50.000 yang cukup kerasa jika rutin konsultasi di beliau.
Kesimpulan:
Jika meradang lagi, bisa ditangani oleh Prof Abdus Sjukur dengan wound care atau ke Dr Denny dengan dioperasi metode terbuka yang tidak ada jaminan sembuh.
Dan kekambuhan tersebut seperti menjadi rutinitas.
Juni - Agustus - September - Oktober...
Tepatnya Minggu, 15 Oktober 2017, sepulang gereja saya merasakan kembali otot anus yang menegang, selang beberapa jam yang makin menegang. Ok positif ini calon abses, saya tidak akan tertipu lagi dengan hiburan orang bahwa itu hanya otot tegang. Karena itu hari minggu dan dokter saya tidak praktek. Saya Whatsapp Dokter saya dan konsultasi via chat.
Saya benar benar merasakan jalur fistula hasil operasi saya membengkak sampai ke anus.
Dokter menyarankan agar saya tidak mengkonsumsi antibiotika karena saya sudah mengkonsumsi antibiotika terlalu banyak. (Dia mengetahui itu dari catatan rumah sakit dokter yang sebelumnya mengoperasi saya).
Saya bilang bahwa besok saya harus ke Jakarta karena ada pekerjaan dan sudah beli tiket, sangat tidak memungkinkan untuk mencari pengganti di waktu yang singkat, karena penyakit yang tidak bisa diajak bekerjasama ini.
Dokter kemudian memberi resep beberapa antibiotik minum dan supposutoria walaupun dia tetap tidak menyarankan saya mengkonsumsinya karena takut menyerang ginjal.
Ya, saya memang sudah minum banyak sekali antibiotik anjuran dokter yang lama, mungkin bisa ratusan atau tidak terhitung dari awal menderita fistula
Saya akhirnya memberanikan diri minum Ciprofloxacin atas inisiatif sendiri dan hasil membaca di group Whatsapp Fistuler Nusantara. Saya pernah minum Ciprofloxacin sebelumnya dan mereda radangnya, dan setelah berhenti minum, meradang lagi.
Dan inilah hasilnya.
Saya di acara Forum Kerjasama Belarus-Indonesia.
But what you see on the outside, is not exactly the current condition itself .
The fact is hari sebelum berangkat saya merasakan positif kambuh dan badan adem panas dalam perjalanan ke bandara. Tetapi yang dilihat dari foto hanya baju resmi dan polesan make up yang membuat saya terlihat sehat.
Dan saya pun jadi berpikir.. jika tidak ada acara yang mendesak, jika saya merasakan saya akan memberanikan diri untuk operasi dengan metode terbuka itu, entah harus cuti atau bagaimana karena harus benar-benar istirahat dan tertutama tidak bisa duduk , biarlah rencana Tuhan yang berkata...
to be continued...
Thanks for reading :)
Baru sempat update blog ini.
So here we go, a brief story about my fistulaventure (fistula adventure), the title is inspired by foodventure, a new eating place in Tunjungan plaza 6.
Setelah operasi bulan Maret 2017 di tulisan blog saya yang lalu, abses muncul lagi di bulan Juni, tepatnya
5 Juni 2017.
Awalnya semua (papa, danny, dokter yang mengoperasi) mengira itu hanya otot saja, otot yang tegang, otot yang pemulihan karena filac.
Saya kembali ke dokter yang mengoperasi filac saya Dr. Siusanto Hadi, Spb-kbd di Siloam Surabaya.
Saya menanyakan bahwa dokternya pernah bilang bahwa operasi FILAC kemungkinan kambuhnya lebih kecil dan penyembuhannya lebih cepat.
Penyembuhan lebih cepat memang benar, seminggu setelah operasi saya sudah bisa duduk dan bahkan masuk kerja. Dan belum genap sebulan, bekas lukanya menutup rapat mulus.....
Tetapi setelah 3 bulan sudah kambuh lagi.
Dokter mengembalikan saya yang dulunya terlambat penanganan dan menunda- nunda operasi sampai beberapa waktu.
Saya kembali ke Dr. Siusanto dan diberi obat Levofloxacin dan salep Gentamicin seperti sebelum-sebelumnya. Dan alhasil, kembali lagi seperti semula, abses berupa bisul besar bersisi nanah yang sangat sakit dan membuat tidak bisa tidur, duduk, dll terulang.
Bisul tersebut meletus lah dan keluar nanah lagi. Saya pakai "telor kodok" lagi untuk membersihkan nanah yang tersisa, sempat meletus beberapa kali dan megeluarkan sejumlah nanah dengan sakit yang luar biasa. Dokternya berpesan bahwa setelah meletus saya diharuskan datang ke dia.
Lubang operasi yang meletus dibersihkan dengan Nacl dan disedot nanahnya yang masih bercampur darah dan di test kan laboratorium. Hasil menyatakan nihil, tidak ada pertumbuhan bakteri.
Dan siapa yang tak sujud syukur bahagia mendengarnya :D
Tapi wait.... fistula tak semudah itu membuatmu hidup tenang.
....
Pada 14 Agustus 2017 , saya merasa pantat saya besar sebelah, beda dengan gejala yang sebelumnya yang benjol bengkak di permukaan keras dan sakit seperti bisul. Kali ini saya merasakan bentuk panat yang berbeda satu dengan lainnya.Saya mencoba berpindah dokter dan menggunakan dokter fasilitas BPJS. Tetap di rumah sakit yang sama, karena history saya sudah dari awal disana, dan ya.. sudah nyaman saja mungkin.
Saya di usg dan disitu menyatakan :
Sejak saat itu saya merasa pantat saya besar sebelah.
Cukup speechless dan lelah membaca hasilnya.
......
Pada 7 September 2017, saya kontrol lagi ke dokter dengan keluhan yang sama , nyeri dan pantat terasa besar sebelah. Kali ini saya memakai Dokter Bedah Digestive BPJS Siloam Hospital : Dr. Denny Septarendra.Spb-kbd. Dr. Denny memeriksa bagian luar hasil operasi filac yang pernah robek dan meletus bulan Juni lalu, mulus dan bagus. Dia tidak mengindikasi adanya infeksi atau radang sama sekali pada bekas operasi. Tetapi sekali lagi hasil test berkata lain....
Saya diberi rujukan MRI kontrast. dan di MRI kali ini saya diharuskan test ginjal, jadi saya ambil darah untuk test ginjal. Tetapi sewaktu di ruangan MRI, orangnya bilang contrast dilakukan hanya jika dibutuhkan. Dan saya ternyata tidak di kontrast sama sekali. Hufhh.. terlanjur diambil darah segala.
Dr. Denny berkata bahwa ada fistula yang tersisa didalam pantat kanan, dan positif Residiv alias kambuh.
E: Apa bisa dioperasi dok fistula yang tersisa? Saya tidak nyaman duduk dan beraktivitas.
Dr: Nggk bisa mbak, ini letaknya didalam.. Dan mbknya operasi belum lama. Kalau saya operasi ini seperti "mbabat alas" , karena permukaannya tidak terbuka.
E: Tapi saya ingin selesaikan fistula ini dok, bagaimana?
Dr: Kalau mau operasi, saya mau mau saja mbk, wong saya dokter bedah. Tapi resikonya harus dipertimbangkan
E: Apa dok resikonya?
Dr: - Jarak operasinya mbk terlalu dekat, kalau saya operasi lagi itu malah bongkar semua jaringan yang baru pulih.
- Saya operasi metode di growak seperti ini mbk (dia mennunjukan foto2 hasil operasi di hpnya), jadi metodenya tidak dijahit dibiarkan tumbuh sendiri jaringan yang baru sampai kulitnya menutup alami. Selama jaringan digrowak, harus dirawat luka dengan betadine dan kasa sebelum dan setelah bab harus ditutup kembali sampai jaringan menutup sempurna
- Operasi tidak menjamin tidak kambuh. Karena Fistula memang tingkat kambuhnya tinggi.
E: Baik dok.. saya pertimbangkan dahulu..
NB: tulisan diatas Danny yang menemukan dari hasil foto MRI.
Setelah itu , sayapun pergi berkonsultasi dengan Prof. Abdus Sjukur. Spb-kbd, yang di group Fistula Nusantara bisa rawat luka fistula tanpa operasi. Yap, beliau tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari Dr. Denny, dan saya baru tau juga.
Di Prof Abdus Sjukur, diberikan beberapa edukasi Perubahan Gaya Hidup, Pantangan Makan, dan cara Wound Care jika kambuh. Tetapi dengan biaya yang cukup mahal.
Jika biasanya di Dr. Siusanto Rp. 245.000 / konsultasi.
di Prof. Abdus Sjukur Rp. 295.000/ konsultasi.
Beda 50.000 yang cukup kerasa jika rutin konsultasi di beliau.
Kesimpulan:
Jika meradang lagi, bisa ditangani oleh Prof Abdus Sjukur dengan wound care atau ke Dr Denny dengan dioperasi metode terbuka yang tidak ada jaminan sembuh.
......
Dan kekambuhan tersebut seperti menjadi rutinitas.
Juni - Agustus - September - Oktober...
Tepatnya Minggu, 15 Oktober 2017, sepulang gereja saya merasakan kembali otot anus yang menegang, selang beberapa jam yang makin menegang. Ok positif ini calon abses, saya tidak akan tertipu lagi dengan hiburan orang bahwa itu hanya otot tegang. Karena itu hari minggu dan dokter saya tidak praktek. Saya Whatsapp Dokter saya dan konsultasi via chat.
Saya benar benar merasakan jalur fistula hasil operasi saya membengkak sampai ke anus.
Dokter menyarankan agar saya tidak mengkonsumsi antibiotika karena saya sudah mengkonsumsi antibiotika terlalu banyak. (Dia mengetahui itu dari catatan rumah sakit dokter yang sebelumnya mengoperasi saya).
Saya bilang bahwa besok saya harus ke Jakarta karena ada pekerjaan dan sudah beli tiket, sangat tidak memungkinkan untuk mencari pengganti di waktu yang singkat, karena penyakit yang tidak bisa diajak bekerjasama ini.
Dokter kemudian memberi resep beberapa antibiotik minum dan supposutoria walaupun dia tetap tidak menyarankan saya mengkonsumsinya karena takut menyerang ginjal.
Ya, saya memang sudah minum banyak sekali antibiotik anjuran dokter yang lama, mungkin bisa ratusan atau tidak terhitung dari awal menderita fistula
Saya akhirnya memberanikan diri minum Ciprofloxacin atas inisiatif sendiri dan hasil membaca di group Whatsapp Fistuler Nusantara. Saya pernah minum Ciprofloxacin sebelumnya dan mereda radangnya, dan setelah berhenti minum, meradang lagi.
Dan inilah hasilnya.
Saya di acara Forum Kerjasama Belarus-Indonesia.
But what you see on the outside, is not exactly the current condition itself .
The fact is hari sebelum berangkat saya merasakan positif kambuh dan badan adem panas dalam perjalanan ke bandara. Tetapi yang dilihat dari foto hanya baju resmi dan polesan make up yang membuat saya terlihat sehat.
Dan saya pun jadi berpikir.. jika tidak ada acara yang mendesak, jika saya merasakan saya akan memberanikan diri untuk operasi dengan metode terbuka itu, entah harus cuti atau bagaimana karena harus benar-benar istirahat dan tertutama tidak bisa duduk , biarlah rencana Tuhan yang berkata...
to be continued...
Thanks for reading :)
Comments
Post a Comment